Save Our Planet

Dahulukan Kaum difabel yang akan membaca blog ini

Dahulukan Anak anak dan Wanita yang akan membaca blog ini

Dahulukan orang tua jika ada yang akan membaca blog ini

Dilarang merokok diblog ini, kalo anda merokok, resiko silahkan tanggung sendiri

Dilarang Berteriak saat membaca blog ini, apalagi mengumpat dan memaki

CURRENT MOON

81 tahun Sumpah Pemuda

Kongres Pemuda II 1982

Kongres Pemuda II 1982

SOEMPAH PEMOEDA
Pertama :
– KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA

Kedua :
– KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA

Ketiga :
– KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA

Djakarta, 28 Oktober 1928

Teks Soempah Pemoeda dibacakan pada waktu Kongres Pemoeda yang diadakan di
Waltervreden (sekarang Jakarta) pada tanggal 27 – 28 Oktober 1928 1928.

Panitia Kongres Pemoeda terdiri dari :

Ketua : Soegondo Djojopoespito (PPPI)
Wakil Ketua : R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
Sekretaris : Mohammad Jamin (Jong Sumateranen Bond)
Bendahara : Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)
Pembantu I : Djohan Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond)
Pembantu II : R. Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia)
Pembantu III : Senduk (Jong Celebes)
Pembantu IV : Johanes Leimena (yong Ambon)
Pembantu V : Rochjani Soe’oed (Pemoeda Kaoem Betawi)
Peserta :

  1. Abdul Muthalib Sangadji
  2. Purnama Wulan
  3. Abdul Rachman
  4. Raden Soeharto
  5. Abu Hanifah
  6. Raden Soekamso
  7. Adnan Kapau Gani
  8. Ramelan
  9. Amir (Dienaren van Indie)
  10. Saerun (Keng Po)
  11. Anta Permana
  12. Sahardjo
  13. Anwari
  14. Sarbini
  15. Arnold Manonutu
  16. Sarmidi Mangunsarkoro
  17. Assaat
  18. Sartono
  19. Bahder Djohan
  20. S.M. Kartosoewirjo
  21. Dali
  22. Setiawan
  23. Darsa
  24. Sigit (Indonesische Studieclub)
  25. Dien Pantouw
  26. Siti Sundari
  27. Djuanda
  28. Sjahpuddin Latif
  29. Dr.Pijper
  30. Sjahrial (Adviseur voor inlandsch Zaken)
  31. Emma Puradiredja
  32. Soejono Djoenoed Poeponegoro
  33. Halim
  34. R.M. Djoko Marsaid
  35. Hamami
  36. Soekamto
  37. Jo Tumbuhan
  38. Soekmono
  39. Joesoepadi
  40. Soekowati (Volksraad)
  41. Jos Masdani
  42. Soemanang
  43. Kadir
  44. Soemarto
  45. Karto Menggolo
  46. Soenario (PAPI & INPO)
  47. Kasman Singodimedjo
  48. Soerjadi
  49. Koentjoro Poerbopranoto
  50. Soewadji Prawirohardjo
  51. Martakusuma
  52. Soewirjo
  53. Masmoen Rasid
  54. Soeworo
  55. Mohammad Ali Hanafiah
  56. Suhara
  57. Mohammad Nazif
  58. Sujono (Volksraad)
  59. Mohammad Roem
  60. Sulaeman
  61. Mohammad Tabrani
  62. Suwarni
  63. Mohammad Tamzil
  64. Tjahija
  65. Muhidin (Pasundan)
  66. Van der Plaas (Pemerintah Belanda)
  67. Mukarno
  68. Wilopo
  69. Muwardi
  70. Wage Rudolf Soepratman
  71. Nona Tumbel

Catatan :
Sebelum pembacaan teks Soempah Pemoeda diperdengarkan lagu”Indonesia Raya”
gubahan W.R. Soepratman dengan gesekan biolanya.

  1. Teks Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 bertempat
    di Jalan Kramat Raya nomor 106 Jakarta Pusat sekarang menjadi Museum Sumpah
    Pemuda, pada waktu itu adalah milik dari seorang Tionghoa yang bernama Sie
    Kong Liong.
  2. 2. Golongan Timur Asing Tionghoa yang turut hadir sebagai peninjau
    Kongres Pemuda pada waktu pembacaan teks Sumpah Pemuda ada 4 (empat) orang
    yaitu :
    a. Kwee Thiam Hong
    b. Oey Kay Siang
    c. John Lauw Tjoan Hok
    d. Tjio Djien kwie

Kini delapan puluh satu tahun Sumpah Pemuda, sudah selayaknya kita kembali melihat lebih dalam kepada nilai-nilai hakiki Sumpah Pemuda.

*image source from wikipedia
*text source from sumpah pemuda

Festival Lurik ATBM Cawas 2009

Sabtu pagi, tepatnya jam 7:45 tanggal 24 Oktober 2009 kami berangkat dari halaman parkir ELTI Jl. sudirman, sebelah barat gramedia. Dengan menggunakan 3 mobil perlahan tapi pasti kami menuju kea rah timur, tujuan kami ke Cawas Klaten, dalam rangka acara “Pers Tour dan Festival Budaya Lurik ATBM” jam berapa tak tahu pastinya akhirnya kami tiba di Cawas, tujuan pertama adalah Workshop Omah Lurik di dukuh Soka desa Bogor, disitu kami disambut oleh bapak kepala desa yang masuh lajang dan muda,  di tujuan kami yang pertama ini kami diperkenalkan pada Alat tenun bukan mesin serta penjelasan alat alat dan juga perjalanan dan sejarah perkembangan tenun di desa ini. Tak lupa pula sajian dan suguhan makan siang dengan hidangan khas daerah tersebut. Selang beberapa saat datang rombongan dari Solo satu mobil.

simbah

*simbah dengan alat tenunnya

Tujuan kedua kami mampir Outlet Najma di dukuh Dadirejo Desa Tlingsing, disini disajikan batik lurik dan kerajinan jahit lainnya. Perjalanan dilanjutkan ke Workshop makanan Olahan Melati, tetapi sebelumnya mampir dulu ke Outlet utama yang dijadikan tempat peresmian, tempatnya di dukuh Girimarto desa Tlingsing Cawas, disitu juga ada lomba saji masakan dengan bahan baku lokal. DI Workshop makanan olahan Melati, kami diberikan sajian makanan makanan tradisonal dan minuman yang berasal dari olehan berbahan dasar local, seperti dari pisang. Juga ada tepung pisang. Disitu juga dijelaskan manfaat panas matahari yang berlimpah sebagai sarana untuk mengeringkan bahan bahan olahan, akan tetapi tidak dengan cara yang sederhana, tetapi dengan membuat sebuah rumah rumahan yang menyerap banyak panas, yang dinamakan “Rumah Surya”.

menilik rumah surya

*menilik rumah surya

Perjalanan selanjutnya kami teruskan ke Griya Lurik di dukuh Jowa Desa Balak. Lagi lagi disini ada workshop langsung pembuatan batik lurik yang memang selalu menjadi daya tarik para fotografer. Kemudian perjalanan kami lanjutkan atau tepatnya kembali ke outlet pertama, sambutan diberikan oleh Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kabupaten Klaten  sekaligus Istri Bupati Klaten ibu Yani Sunarna. Dalam kesempatan kali ini juga diadakan penjurian dan pengumuman pemenang lomba olah makanan berbasis sumber daya local. Juga ada peragaan busana batik lurik oleh model model local. Sayangnya Acara kali ini terpaksa tidak bisa komplit karena datang rejeki dari Allah yang sudah lama dinanti nanti oleh penduduk cawas, yaitu hujan, setelah sesiangan panas terik akhirnya di sore hari daerah Cawas dan sekitarnya diguyur hujan deras, perlahan namun pasti waktu bergulir, dan akhirnya kami harus pergi meninggalkan Cawas untuk kembali ke Jogjakarta, hampir maghrib kami kembali  ke Jogjakarta, dengan membawa sejuta kenangan dan juga sejuta harapan, semoga daerah daerah seperti Cawas dan sekitarnya akan maju dan berkembang dengan membawa kerajinan kas budaya lokal sebagai ujung tombaknya. Amin

Mbah dan alat tenunnya

*Simbah dan alat tenunnya

Peragaan Busana

*Peragaan Busana

Foto lengkap ada di album FB saya.

Press release festival Lurik ATBM Cawas 2009

Gita Pertiwi bekerjasama dengan Kemitraan Australia Indonesia dalam Program Yogyakarta Central Java Community Assistance Program (YCAP), sejak tahun 2007 memfasilitasi pemulihan sumber penghidupan perempuan korban gempa di kecamatan cawas, Kabupaten Klaten. Sampai saat ini sudah ada 781 pengerajin lurik ATBM (Alat tenun Bukan Mesin) yang menerima manfaat langsung, tersebar di 12 desa di kec. Cawas, yaitu Bogor, Tlingsing, Japanan, Balak, Tirtomarto, Mlese, Baran, pakisan, Naggulan, bendungan, Kedungtempel dan Karangasem. Sedangkan 145 orang lainnya mempunyai usaha makanan olahan berbasis potensi local di 4 desa yaitu Tlingsing, Baran dan Tirtomarto.

Melalui strategi penataan dan perbaikan proses produksi, peningkatan kapasitas SDM, perbaikan dan penataan pemansaran dan advokasi kebijakan, sudah banyak perubahan yang terjadi di 12 desa tersebut. Produk lurik halus yang tidak luntur, aneka modifikasi produk lurik (home interior, busana dll) serta turunnya 45 ijin PIRT (Perijinan Industri Rumah Tangga) dari Dinas kesehatan, hal ini menunjukkan bahwa produk mereka sudah diakui oleh public. Sebuah modal demi menciptakan keberlanjutan program.

Surat Edaran Bupati Klaten no. 025/575/08 tanggal 25 juni 2008 tentang Uji Coba Penggunaan Pakaian Dinas Lurik / Batik khas daerah berdampak positif (kedaulatan rakyat, 10 Juli 2008). Hal ini juga terjadi di Cawas, para penjahit lurik mulai mendapatkan order. Hanya sayangnya Surat Edaran Bupati tersebut tidak secara eksplisit menyebutkan lurik ATBM, akibatnya banyak PNS dan Pemerintah desa lebih memilih lurik produk pabrik yang harganya relative murah. Ini menjadi tantangan dan peluang bagi para pengerajin lurik ATBM untuk bersaing dengan lurik pabrikan. Apabila tidak ada perlindungan dan keberpihakan pemerintah, baik dari pemerintah desa, kecamatan dan kabupaten, maka lurik ATBM akan punah.

Oleh karena itu untuk mempromosikan dan meningkatkan daya jual lurik ATBM dan produk modifikasinya, Gita Pertiwi bersama perempuan perajin lurik ATBM berinisiatif membuka outlet yang mampu mengenalkan dan memasarkan produk mereka, outlet akan dibuka di pedeasan, dimana para perempuan ini tetap dapat mengelola usahanya, tidak membutuhkan biaya operasi yang tinggi dan mampu menunjukkan kepada konsumen untuk dapat langsung menyaksikan dan bahkan terlibat dalan proses produksi yang mereka lakukan.

Diharapkan dengan mengetahui liku liku proses produksi lurik ATBM dan makanan olahan maka apresiasi dan penghargaan konsumen kepada produk akan meningkat. Disisi lain konsumen tidak akan dibatasi untuk orang dewasa saja, tetapi juga dibuka untuk anak anak dan remaja, sangat diperlukan bagi generasi muda untuk tahu budaya local mereka sehingga budaya local tetap dapat dilestarikan

Launching outlet produsen ini akan dikemas dalam bentuk “festival Budaya Lurik ATBM” yang menmadukan  unsure pendidikan (proses produksi lurik  ATBM danmodifikasinya), pentas seni tradisional, wisata kuliner serta mengenal lebih dekat dengan wirausahawan wirausahawan perempuan.

Pembukaan outlet lebih banyak dilakukan di cawas merupakan strategi untuk menarik wisatawan local dan mancanegara untuk berkunjung mengenallurik ATBM lebih dekat. Outlet produsen yang akan dikunjugni adalah Workshop Omah Lurik di dukuh Soka desa Bogor (1), Outlet najma di dukuh Dadirejo Desa Tlingsing (2), Workshop makanan Olahan Melati(3) dan Griya Lurik di dukuh Jowa Desa Balak (4). Outlet tidak hanya menampilkan produk lurik ATBM dan makanan olahan, tetapi juga semua potensi produk yang ada di desa. Outlet ke depan menjadi salah satu media untuk menjaga keberlanjutan program yangterus akan dikembangkan oleh masyarakat dan pemerintah desa. Cawas sentra lurik ATBM, cawas Desa Wisata, menjadi mimpi terbesar ibu-ibu pengerajin lurik, para pendekar pelestrai budaya Indonesia.

*Yang mau mendapatkan no kontak ke Gita pertiwi atau outlet terkait silahkan kontak saya.