Yg dipuja, yg di cela dan sama sama menderita

Lama lama jengah juga melihat berita di semua saluran TV yg memberikan perihal kesehatan Pak Harto seolah olah tak henti hentinya semua orang mencari berita soal keadaan Pak Harto, ataukah mungkin tepatnya orang orang pada menunggu meninggalnya beliau?

Kita tahu, begitu banyak masalah hukum yg seharusnya di tanggung oleh Pak Harto, rasanya semua itu lewat begitu saja tanpa ada kejelasan sedikitpun, semua tercover dengan pemberitaan tentang penyakit beliau yg semakin lama semakin tidak menentu.  Sejarah masa lalu membuktikan bahwa Pak Harto begitu berkuasa, sampai dia sanggup ‘memenjarakan’ Bung Karno yg katanya sangat di hormatinya.

Sakitnya Pak Harto bener bener mendapatkan perlakuan dan fasilitas yg super khusus dan istimewa, dari dokter dokter ahli sampai liputan khusus untuk beliau / konfrensi pers. Seolah olah nyawa Pak Harto itu memang tidak di ijinkan pergi dari raga beliau atau dipaksa untuk tetap hidup, sedang Pak Karno dahulu dipaksakan untuk mati, lihat saja berapa banyak kabel, infuse dan peralatan medis yg menyokong kehidupan beliau saat ini, apa jadinya jika semua barang itu di lepas barang 1 jam saja? Pasti lewat sudah semuanya.

Keadaan ini sangat berbeda dengan apa yg diterima oleh Bung Karno, dalam sakitnya (sakit ginjal dan tekanan darah tinggi) beliau dikenakan status tahanan rumah, yang artinya tidak boleh keluar rumah, jangankan keluar rumah, melihat TV membaca Koran atau bahkan ngobrol dengan orang orang di sekitar saja tidak boleh, dalam keadaan sakit beliau tidak mendapatkan apa yg semestinya seorang yg sakit dapatkan, apalagi beliau adalah Mantan Presiden yg terpaksa di turunkan, beliau di rawat oleh dokter yg bukan spesialis, bahkan dirawat oleh dokter hewan. Keluarga beliau juga di beri jadwal untuk menjenguk, tidak bias senenak sendiri menjenguk ayahnya. Memang sangat menderita sekali Bung Karno dengan perlakuan yg sangat istimewa tersebut. Tanpa di sebutkan kita juga pasti tahu, siapa dalang di balik semua hal tersebut, siapa yg paling berkuasa saat itu.

Pak Harto dalam percakapannya dengan Bung Karno pernah menuturkan, bahwa dia sebagai orang yg lebih muda harus “mikul duwur mendem jero” kalo apa yg saya tangkap dari maksut perkataan beliau adalan menjunjung tinggi dirinya sendiri dan menenggelamkan saingannya, bukan menjunjung tinggi dan menghormati orang tua. Karena jika dia konsisten dengan apa yang di ucapkannya, maka semua kasus dan peristiwa itu tdak akan terjadi. Dan mungkin beliau juga tidak menerima karma seperti saat ini yg beliau alami (mungkin).

Pasca lengsernya Pak Harto th 98, cacian, makian juga hujatan tak kunjung hentinya, baik karena kediktaktorannya maupun KKN nya, banyak orang orang yg bersebrangan dengan beliau yg angkat bicara tentang fakta yg sebenernya terjadi atas mereka dan atas sejarah yg telah di bengkokkan. Kita juga cukup tahu semua masalah masalah hukum yg sampai saat ini tidak kunjung selesai, tepatnya memang tidak pernah di selesaikan. Di masa kritis beliau seolah olah semua pada menyempatkan diri, baik itu yg tulus menengok dan memberikan doa untuk kesembuhan dan kelancaran beliau atau yang sekedar setor muka biar kelihatan di TV.

Kita tahu semasa hidupnya Bung Karno begitu bersahaja, beliau tidak melulu mengejar materi, bahkan bisa di bilang terlalu sering beliau tidak punya uang, bahkan sekeadar untuk membeli rambutan sekalipun. Ya beliau sangat sederhana meskipun banyak cara untuk memperoleh kekayaan yang sangat melimpah. Saat beliau di persilahkan meninggalkan Istana pun tidak banyak kekayaan yg dibawanya, Bung Karno keluar dari istana dengan mengenakan kaos oblong cap cabe dan celana piyama warna krem. Baju piyamanya disampirkan ke pundak, dan ia memakai sandal bata yang sudah usang. Tangan kanannya memegang kertas Koran yang digulung, berisi bendera pusaka merah putih. Bendera yang dijahit oleh istrinya sendiri, ibu Fatmawati ketika masa proklamasi kemerdekaan dahulu.
Beliau juga memerintahkan: “Semua anak anak kalau meninggalkan Istana tidak boleh membawa apa apa, kecuali buku buku pelajaran, perhiasan sendiri dan Pakaian sendiri. Barang barang lain seperti radio , televisi dan lain lain tidak boleh dibawa !” meskipun sebenernya beliau mempunya harta kekayaan yang sifatnya pribadi yang sangat banyak dan melimpah, tapi di tinggalkannya di dalam Instana tersebut, beliau tidak membawanya serta. Yah sekali lagi itulah sosok yang kita puja, terlepas dari itu semua beliau juga mempunyai banyak kekurangan dan keburukan.

Saat ini  Pak Harto lemah tak berdaya, bertahan hidup sampai seumuran beliau sekarang ini memang sudah luar biasa, jadi sudah wajar kalo beliau sakit sakitan terus. Mungkin dalam benak Pak Harto sekarang ini beliau ingin semua penopang hidupnya di lepaskan, agar beliau bisa istirahat dengan tenang, tanpa harus di paksakan untuk tetap hidup, atau dipaksakan untuk mengikuti berbagai macam sidang.

Meski banyak yang tidak suka dengan beliau dan banyak pula yg mengharap agar beliau tetap bisa hidup untuk mempertanggungjawabkan semua kasus hukum yg diproses, saya pribadi berharap semoga saja mereka dengan kebesaran hati dengan tulus ikhlas memaafkan semua kesalahan beliau, agar jika beliau memang di takdirkan untuk meninggal bisa meninggal dengan tenang. Urusan hukum biarlah pemerintah yang menanganinya. Karena bagi saya pribadi kehidupan yang di penuhi dengan dendam tidak akan nyaman dan damai dalam hati kita sendiri.

Sekali lagi, marilah kita berkaca pada sejarah masa lalu, kita belajar dari masa lalu, jangan sampai sejarah kelam perlakuan Pak Harto kepada Bung Karno terulang kembali dengan perlakuan buruk kita kepada Pak Harto orang yang telah pernah memimpin dan menjadi orang tua kita.

Amin.. Wallahualam Bisawab

terinspirasi dari beberapa postingan :
1. Mas Imam : Harta Soekarno
2. Mas Imam : Soekarno – Sejarah yang tak memihak
3. Mas Imam : Soeharto – Sejarah yang memihak
4. Teguh Timur : Detik-detik Menjelang Kematian Bung Karno
5. Sains in religion : Soekarno dan Soeharto – Dipaksa Mati, Dipaksa Hidup
6. Rachmawati: Bung Karno Dibunuh Pelan-pelan
7. Kartono Muhammad : Bung Karno Ditelantarkan
8. Rachmawati Mengenang Saat Terakhir Mendampingi Bung Karno
9. Saat Sakit, Resep Soekarno Disimpan di Laci
10. dll

Author: Ray

11 thoughts on “Yg dipuja, yg di cela dan sama sama menderita

  1. ahaa,..
    pak harto,.
    sang pemimpin di zaman yang salah,..
    menurut saya, meminta pertanggung jawabannya hanya pemuasan ego.
    huhuhu,..

    *sruput kopi*

  2. huhauahua yg bangun ya dinas pekerjaan umum, atas perintah siapa? mbuh ra ngerti. memang sebagai rakyat awam kita merindukan saat saat di bawah kepemimpinan pak Harto, gak pernah ada konflik atau masalah 🙂

    ya begitu deh, kalo kehidupan seperti itu terus entah apa jadinya nanti :)) MERDEKA !!

  3. Ya sebagai manusia biasa selayaknya kita memberikan maaf serta mendoakan kepergian beliau, urusan lainnya biarlah menjadi urusan hukum negara ini dan urusan beliau dengan Allah.

  4. Ya sebagai manusia biasa selayaknya kita memberikan maaf serta mendoakan kepergian beliau, urusan lainnya biarlah menjadi urusan hukum negara ini dan urusan beliau dengan Allah.

    betul….^_^v

Comments are closed.